Guru Ngaji ini Minta Miras Pada Muridnya, Begitu Dibelikan, Yang Terjadi Mengejutkan!

Minuman keras atau disebut juga khamr dalam Islam adalah minuman yang memabukkan sehingga menghilangkan akal manusia. Inilah mengapa seorang muslim dilarang meminum minuman yang mengandung khamr.

Tak heran jika ustadz ataupun guru ngaji dimengharamkan murid-muridnya meminum minuman keras barang setetes pun. Namun, ada yang berbeda dengan kisah berikut ini. Kisah yang penulis ambil dari ngopibareng.id ini sungguh bertentangan dengan logika manusia. Meskipun demikian ada hikmah spiritual di dalamnya, yuk simak bersama!


Kisah ini adalah kisah tentang Syaikh Jalaluddin Rumi. Suatu hari ia mengundang gurunya Syaikh Syamsudin at-Tabrizi ke rumahnya. Karena mendapatkan undangan tentu saja Syaikh Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke rumah Syaikh Jalaluddin Rumi.

Begitu kedatangan sang guru, Syaikh Jalaludin Rumi telah menyiapkan semua hidangan terbaik yang dimilikinya untuk sang guru. Begitu hidangan itu di hadapan sang guru seketika sang guru meminta sesuatu yang tidak seharusnya.


“Wahai Rumi, apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?” (Minuman yang dimaksud adalah minuman keras/khamr)

Jelas saja Syaikh Jalaludin Rumi kaget dengan permintaan sang guru. Beliau yang selalu mengajarkan tentang ketaqwaan namun meminta hal yang tidak seharusnya.

“Apakah anda juga minum syaikh? saya tidak mengetahui hal itu’

“Iya, Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah.”

"Malam-malam seperti ini, bagaimana aku bisa mendapatkannya?"

"Maka perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya!”

“Bagaimana kehormatanku nanti jika aku menyuruh pembantuku. Kehormatanku akan hilang. juga seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”

“Jika kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minuman itu, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur.”

Syaikh Jalaludin Rumi mulai gusar tentang permintaan gurunya juga kehormatannya. Namun karena kecintaanya pada sang guru ia akhirnya pergi mendapatkan minuman tersebut dengan memakai jubah dan menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman orang-orang Nasrani.

Sebelum ia masuk ke pemukiman nasrani tersebut tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut hingga akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka yang menguntitnya tak pernah menyangka Syaikh Jalaludin Rumi, orang yang sholeh dan selalu mengajarkan tentang ketaqwaan justru masuk ke sebuah kedai minuman keras. Ia terlihat mengisikan botol minuman yang ia bawa dari saku jubahnya kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar dari kedai tersebut.

Setelah itu ia yang menguntitnya semakin banyak. ia terus diikuti hingga sampailah Syaikh Jalaludin Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam.

Tiba-tiba ada salah seorang yang mengikutinya berteriak "Wahai Syaikh Jalaluddin Rumi yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!” Sembari menyingkap jubah yang dipakai Syaikh Jalaludin Rumi.

“Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!” Teriak salah satu orang yang mengikutinya

Melihat hal tersebut orang-orang bergantian meludahi muka Syaikh Jalaludin Rumi dan memukulinya hingga penutup kepalanya lengser ke leher. Syaikh Rumi pun diam saja terhadap perlakuan orang-orang terhadapnya.

Hal ini membuat orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Syaik Jalaludin Rumi umi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Bahkan ada yang berniat membunuhnya karena insiden ini.

Tiba-tiba Syaikh Syamsudin at-Tabrizi angkat bicara “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan."

“Ini bukan cuka, ini minuman keras. AKu melihatnya ia mendatangi kedai minuman keras di kampung nasrani.”

Syaikh Syamsudin pun mengambil botol tersebut dan membuka tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka.

Tak lama kemudian mereka yang sebelumnya memukuli Syaikh Jalaludin Rumi memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh meminta maaf. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Syaikh Jalaludin Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.

Ketika semua orang telah pergi Syaikh Jalaludin Rumi pun bertanya pada sang guru. “Guru, malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini guru?”

“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Dengan ini kau bisa melihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka meludahimu, memukuli kepalamu, dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat."

"Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman. Bersandarlah hanya kepada Allah SWT." Tambahnya.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini!